IMPLEMENTASI HASTHALAKU DI SMA
NEGERI 1 MRANGGEN
Istilah “hasthalaku”
mungkin belum banyak dikenal. Hasthalaku adalah frasa dari dua kata yang
berasal dari Bahasa Jawa yaitu Hastha dan Laku. Hastha (dibaca hasto) dalam
bahasa Indonesia berarti delapan dan laku berarti perilaku. Jadi dalam Bahasa
Indonesia, Hasthalaku adalah delapan perilaku.
Dalam hal ini perilaku tersebut
adalah berdasarkan nilai-nilai dalam budaya Jawa banyak yang mengandung
nilai-nilai positif kehidupan. Delapan perilaku tersebut merupakan kunci sukses peserta didik
SMA Negeri 1 Mranggen.
Delapan perilaku sebagai
Hasthalaku tersebut sebenarnya sudah ada sejak dahulu, namun gaungnya belum
terasa karena tidak popular bagi kalangan siswa setingkat sekolah menengah
atas. Delapan perilaku tersebut adalah: (1) gotong royong (saling membantu),
(2) grapyak semanak (ramah tamah), (3) guyub rukun (kerukunan), (4) lembah
manah (rendah hati), (5) ewuh pekewuh (saling menghormati), (6) pangerten
(saling menghargai), (7) andhap ashor (berbudi luhur), dan (8) tepa slira
(tenggang rasa).
Gotong royong berasal dari bahasa Jawa
dari kata gotong yang artinya memikul atau mengangkat dan royong yang artinya
bersama-sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gotong royong adalah bekerja bersama-sama secara tolong menolong, bantu
membantu. Dalam
bahasa Inggris, gotong royong disebut sebagai mutual assistance. Perilaku gotong royong ini
harus ditanamkan kepada peserta didik SMA Negeri 1 Mranggen agar dapat
menyelesaikan permasalahan dengan bekerja Bersama secara tolong menolong dan
saling membantu.
Grapyak semanak berasal dari bahasa Jawa
dari kata grapyak artinya seneng aruh-aruh (menyapa) dan semanak berarti hangat
dan mudah akrab 1939: 162, 351). Perilaku grapyak semanak dapat mencerminkan
nilai Pancasila yaitu Sila ke-2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Grapyak dan
semanak ditunjukkan dengan kebiasaan untuk menyapa kepada kenalan atau orang
yang ditemui. Perilaku grapyak semanak adalah perilaku
pada diri seseorang yang akrab dalam pergaulan seperti suka senyum, sopan serta
hormat dalam berkomunikasi, suka menyapa, serta suka membantu tanpa pamrih.
Perilaku grapyak semanak dapat menjadikan orang yang baru saja ditemui merasa
nyaman dan tidak merasa terasing serta dapat membunuh kejenuhan dan memecahkan
kekakuan dan kebuntuan komunikasi. Perilaku grapyak semanak tersebut harus
ditanamkan kepada peserta didik agar mudah bergaul dan diterima di masyarakat.
Guyub rukun menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia berasal dari kata berguyub yang bermakna berkumpul,
berkelompok, yang dapat bermakna pula sebagai. Guyub rukun adalah keadaan ideal yang diharapkan dapat dipertahankan dalam
kehidupan sosial. Dengan penanaman perilaku guyub rukun tersebut pada
peserta didik SMA Negeri 1 Mranggen, akan menjadikan kehidupannya ideal sesuai
dengan nilai-nilai luhur Pancasila.
Lembah manah adalah perilaku seseorang yang tidak merasa lebih dari orang lain.
Perilaku lembah manah tersebut penting untuk ditanamkan kepada peserta didik SMA
Negeri 1 Mranggen sehingga dapat memposisikan dirinya sama dengan orang lain,
tidak merasa lebih pintar, mahir, baik, dan dapat menghargai orang lain. Sikap
lembah manah merupakan suatu sikap yang sangat perlu untuk dikembangkan dalam
kehidupan, baik di keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Jika sikap lembah
manah senantiasa dikembangkan dalam hidup sehari-hari, maka akan memberikan
manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Ewuh pakewuh merupakan nilai dalam
masyarakat Jawa terdiri dari beberapa prinsip yang sangat erat hubungannya
dengan aspek-aspek dalam ewuh pakewuh, yaitu prinsip kerukunan dan prinsip
hormat. Perilaku ewuh pakewuh dapat muncul akibat
individu sudah mengenal atau banyak menerima suatu kebaikan dari orang lain
sehingga bagi individu itu akan sulit untuk menolak atau mengabaikan permintaan
orang tersebut. Perilaku Ewuh pakewuh tersebut penting ditanamkan kepada
peserta didik agar bisa saling menghormati sehingga kerukunan dapat selalu
terjaga.
Pangerten dalam budaya Jawa adalah
kunci utama dari kehidupan bermasyarakat. Pangerten yang dalam bahasa indonesia
berarti pengertian atau peka akan kondisi sesama. Perilaku
pangerten penting ditanamkan kepada peserta didik SMA Negeri 1 Mranggen agar
dapat saling menghargai satu sama lain yang berarti menghargai dan mengindahkan
hak asasi diri sendiri dan hak asasi orang lain.
Andhap asor merupakan bagian penting dalam rangka melestarikan budaya bangsa yang luhur
yakni pembentuk moral, perilaku, perangai, tabiat serta akhlaq yang baik dan
bijak berdasarkan paduan akal dan perasaan yang baik juga terpuji bahkan
menghindarkan diri dari perilaku tercela dan buruk. Perilaku andhap asor
tersebut penting ditanamkan kepada peserta didik SMA Negeri 1 Mranggen agar
dapat tetap menjunjung tinggi budaya atau tradisi luhur bangsa kita dan
kebaikan hidup bersama. Perilaku andhap asor diperlukan agar dapat bermanfaat
bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Tepa selira merupakan bagian dari
konsep tentang rasa dalam kehidupan orang Jawa. Rasa dapat berarti cita rasa
dan perasaan, namun juga dapat berarti hakikat atau sifat dasar sesuatu benda.
Perilaku tepa selira penting ditanamkan kepadaa peserta didik SMA Negeri 1
Mranggen agar segala sesuatu yang ada pada orang lain dapat dirasakan
seakan-akan sebagai sesuatu yang menjadi miliknya sendiri. Melalui perilaku
tepa selira tersebut akan dapat menjalankan hidup penuh
toleransi ditengah-tengah kemajemukan, serta mau mendengar dan menerima
pendapat orang lain lalu mempertimbangkannya secara cermat.
Pengimplementasian
hasthalaku (delapan perilaku) tersebut kepada peserta didik SMA Negeri 1
Mranggen pada pembelajaran di kelas dan kehidupan sehari-harinya, maka kunci
sukses di masa depan sudah terbuka. Semoga pihak terkait di sekolah dan
masyarakat juga berperan aktif menanamkan hasthalaku tersebut agar peserta
didik SMA Negeri 1 Mranggen sukses di masa depan.
Komentar
Posting Komentar